- Minimum quantity should 25 of "Memeluk Senja (SATB div.)"
Wayang (SSA)
Trisutji KamalKomposisi ini menuangkan kembali puisi Ajip Rosidi dengan judul yang sama melalui tiga bagian suara wanita. Meski sekilas tampak sebagai perpaduan bentuk polifoni dan homofoni, tata suara yang dirangkai oleh Trisutji Kamal lebih menaruh perhatian pada sumbu horizontal. Dengan memanfaatkan rima kata yang mengulang-ulang akhiran -ang, -an, serta didominasi huruf vokal a, komposisi ini menimbulkan efek bunyi sahut-menyahut dengan gema yang timbul-tenggelam dan saling berkelindan. Dengan demikian, komposisi ini akhirnya tampak memiliki tekstur yang cenderung heterofonis seperti musik gamelan. Imitasi bunyi gamelan benar-benar ditampilkan di akhir puisi ini melalui onomatope ‘nang ning neng nong‘ dan tata suara yang ‘imbal-imbalan‘ atau ‘interlocking‘. Bunyi gamelan tersebut kemudian langsung dilanjutkan dengan mengulang frase terakhir puisi dalam modus yang menyerupai pelog, semakin membumikan komposisi ini pada konteks kebudayaan wayang.
Riuh-rendah bunyi yang bersusul-susulan dalam penggambaran wayang ini tidak serta-merta berangkat dari asosiasi wayang dengan gamelan yang sangat lekat. Trisutji Kamal menarik puisi ini jauh lebih dalam lagi ke jantung kesenian wayang yang pada hakikatnya merupakan suatu permainan cahaya. Ada suatu strategi sinestesis yang ditemukan dan dieksploitasi dalam komposisi ini, yakni bagaimana sensasi optik yang hadir dalam berbagai kilatan dan pendaran gerak-gerik wayang dapat diteruskan melalui bunyi vokal. Setiap sabetan tangan dalang mulai dari mendekatnya hingga menjauhnya wayang pada kelir putih yang disorot lampu tertuang melalui gerakan bunyi menjauh dan mendekat, mengeras dan melembut, bahkan bergelombang dan berdengung dengung. Pada akhirnya, komposisi ini menegaskan kembali apa yang disampaikan oleh puisinya, bahwa dalam gema di sela-sela bunyi itulah dapat ditemukan jejak lakon wayang yang sebelumnya hadir di sela-sela pendar cahaya dan kini hadir di sela-sela kenangan saja.
Rp65.000